Diduga Preservasi Jalan Kepulauan Sangihe Tak Berkualitas atau Asal Jadi, Baru Diaspal Sudah Retak

Ruas jalan menuju perkampungan di kabupaten sangihe
Ruas jalan menuju perkampungan di kabupaten sangihe. (Foto Lidik.co.id)

TAHUNA, Lidik – Proyek preservasi jalan Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) diduga dikerjakan asal jadi atau dalam pekerjaannya tidak berkualitas.

Pasalnya, terlihat dari jalan aspal yang baru dikerjakan, namun sudah mengalami keretakan dan pecah-pecah dan itu terjadi disetiap jalan menuju perkampungan.

Bacaan Lainnya

Proyek dengan Nomor kontrak HK 0201-Bb15.8.1/155 didanai bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tahun 2023.

Dari data yang diperoleh Lidik.co.id, pengaspalan dalam pelaksana PT. Manuwo Sangir Jaya dan konsultan supervisi oleh PT. Diantama Rekanusa, PT. Cipta Strada Engineering Consultant dan PT. Garis Putih Sejajar (KSO) dengan pagu anggaran Rp 19.489.683.000,- atau Sembilan belas miliar empat ratus delapan puluh sembilan juta enam ratus delapan puluh tiga ribu rupiah.

Saat dikonfirmasi, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 3.1 Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) mengatakan, pelaksanaan pekerjaan preservasi kepulauan sangine TA. 2023 tidak dilakukan asal jadi.

“Pekerjaan tetap mengacu pada gambar dan spesifikasi yang ada dalam dokumen kontrak, dalam pelaksanaan pekerjaan di awasi langsung oleh direksi pekerjaan dan konsultan supervisi,” kata Henry melalui via whatsapp, Rabu (25/10/2023).

Lanjutnya, setiap pekerjaan sebelum dilakukan pembayaran terlebih dahulu dilakukan pengujian laboratorium sebagai panduan dalam hal pekerjaan tersebut sesuai speksifikasi atau tidak.

“Terkait retak-retak di beberapa lokasi lebih diakibatkan karena adanya penurunan/patahan akibat peristiwa alam, patahan terjadi bukan hanya pada badan jalan tapi juga lahan/perkebunan bahkan ada juga rumah warga,” kata Henry.

Henry mengatakan, patahan ini paling banyak di temui di ruas jalan enemawira-manalu-tamako, penanganan sementara sudah di lakukan untuk penanganan permanen pihak perencanaan sudah melakukan soil investigasi.

“Terkait pengaspalan di ruas tahuna-tamako atau di tanjakan pidine, memang ada 3 lokasi yg hasil akhir kurang bagus yaitu adanya ketidakrataan join dan adanya segregasi ini diakibatkan karena lokasi pekerjaan yang sempit, tanjakan dan LHR yang tinggi,” kata Henry seraya menambahkan, dan sudah diinstruksikan kepada Penyedia Jasa untuk di lakukan perbaikan.

“Kontrak pekerjaan preservasi masih berjalan sehingga apabila ada kerusakan Penyedia Jasa wajib memperbaiki sampai sembelum masa penyerahan akhir pekerjaan (FHO),” tutupnya.

Menanggapi penjelasan PPK 3.1 BPJN Sulut, menurut Jaino Maliki sebagai Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat Komunitas Independen Bersama Azas Rakyat (LSM KIBAR) Sulut mengatakan sangat keluru penjelasan PPK 3.1.

“Memang yang saya tahu di kabupaten sangihe dari beberapa lokasi ada penurunan/patahan, namun di sebagian proyek pekerjaan preservasi yang dikerjakan saat ini, nampak kualitas pekerjaannya yang buruk atau asal jadi,” kata Jaino.

Lanjut Jaino, pasalnya, aspal yang digunakan diduga saat ini banyak dikerjakan aspalnya sudah dingin atau aspal yang sudah hangus. Karena aspal itu terjadi karena suhu penghamparan aspal akan mempengaruhi kualitas aspal hotmix di kemudian hari. Suhu yang tidak sesuai standar atau spesifikasi.

“Faktor penyebab kerusakan akibat berkurang atau hilangnya daya lengket binder aspal maka butir-butir batuan terlepas, permukaan jalan kasar, berlubang dan bocor air. Hilangnya daya lengket aspal dapat disebabkan karena aspal menua (ageing), teroksidasi, hangus waktu dicampur di amp atau akibat jenis aspal yang miskin resin/kebanyakan aspalten/kekurangan malten atau karena pemadatan lapisan kurang,” kata Jaino.

Ditambahkan Jaino, ditemukan juga dalam kasus pekerjaan ini ada dua, pertama base jalan labil, dari pembuatan struktur tanah pilihan dari lapisan LPB dan LPA sehingga terjadi segregasi pada permukaan jalan.

“Nah, desain konstruksi jalan dengan perkerasan lentur kekuatannya ada di base jalan, jadi kalau jalan aspal hotmix labil bermasalah, biar berapa kali melakukan pekerjaan pelapisan permukaan tetap akan menimbulkan retak atau cepat rusak dan khusus dipekerjaan yang menimbulkan retak, pekerjaannya bermasalah dan itu sudah pasti,” kata Jaino.

Dijelaskan Jaino, kalau permukaan jalan sudah mulai segregasi atau rusak dipermukaan jalan biasanya dari formula campuran mulai dari job mix design (JMD) dan job mix formula (JMF).

“Ataupun suhu aspal sudah lewat suhu panas aspal, jadi aspal hotmix sudah hangus. Jadi ketika aspal di hampar akan terjadinya kerusakan pada permukaan jalan atau segregasi. Nah, jalan kalau sudah terjadi kerusakan dipermukaan jalan atau segregasi, pastinya akan cepat rusak,” kata Jaino seraya menammbahkan, jika sudah seperti itu jalan sudah ada pori pori air akan masuk dan tambah parah lagi tingkat kerusakannya.

“Perlu diketahui jalan hotmix musuhnya adalah air, apalagi di sangihe tingkat curah hujan yang tinggi, jadi tidak boleh ada segregasi jalan sebenarnya. Apalagi jalan hotmix yang baru dikerjakan sudah ada segregasi pasti cepat rusak. Kalaupun diperbaiki base jalan yang sudah menimbulkan retak, harus diperbaiki dari base jalan jangan hanya perbaiki di permukaan retaknya saja. Ketika base jalan perkuatan LPA LPB labil, berapa kalipun dilakukan perkerjaan lapisan dipermukaan jalan hotmix tetap akan cepat rusak. Itu biar melakukan kajian sampai di universitas mana, tetap hasilnya dari pekerjaan itu cepat rusak,” tutup Jaino.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *